BAB III
KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH DI INDONESIA
A. Sekilas Tentang Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah Di Indonesia
Pendidikan Matematika berkembang sesuai waktu dan tuntutan zaman.IPTEK yang berperan mempengaruhi perkembangan pendidikan matematika kita.Sehingga perubahan-perubahan tersebut berdampak pada perubahan pandangan kita pada hakekat matematika dan pembelajarannya.Perubahan di atas berdampak pada perubahan substansi kurikulum Indonesia.
Perubahan pandangan kita terhadap matematika tidak terlepas dari teori belajar yang mendukungnya.Pembelajaran secara perlahan mengalami perubahan dalam tujuan peningkatan prestasi siswa yang masih mengalami keterpurukan jika dibanding dengan bangsa lain.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan matematika Indonesia adalah pendekatan Realistic Mathematics Education,Pendekatan Open Ended,Pendekatan Kontekstual dan saat ini kita sedang mengembangkan Lesson Study.
B. Perkembangan Kurikulum Matematika Sekolah Indonesia 1968-2002 dengan Teori Belajar Pendukungnya
Kurikulum merupakan hal yang selalu mengalami perubahan di Indonesia, perubahan kurikulum dapat berdampak pada perubahan proses pembelajaran di Indonesia.Sama hal nya dengan Kurikulum Matematika juga mengalami beberapa perubahan sehingga proses pembelajaran lambat laun berubah.
Sejak tahun 1968, di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum matematika sekolah.Berdasarkan tahun terjadinya perubahan untuk tiap kurikulum, maka muncullah nama-nama kurikulum berikut: Kurikulum 1968,Kurikulum 1975,Kurikulum 1984,Kurikulum 1996, dan kurikulum 1999., pada tahun 2002 telah di susun sebuah kurikulum yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan selain itu muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.Kurikulum Matematika 1968
Perkembangan pendidikan matematika pada tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan berhitung.Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau volume bangun geometri ruang bukan pada penngertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu di peroleh. (Ruseffendi, 1985,h.33)
b.Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada pengertian (Ruseffendi,1979,h.2)
c.Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas dengan materi pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia luar (Ruseffendi,1979,h.4)
d.Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi serta rasa ingin tahu anak (Ruseffendi,1979,h.5)
Jika dilihat dari ciri-ciri pengajaran matematika dimulai dengan penjelasan singkat yang disertai tanya jawab dan penyajian contoh serta dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal latihan baik yang bersifat prosedural atau penggunaan rumus tertentu.Dalam proses pengajaran pengerjaan soal-soal latihan merupakan kegiatan yang diutamakan dengan maksud untuk memberi penguatan pada apa yang sudah dicontohkan guru di depan kelas. Dengan demikian,latihan untuk menghafal fakta dasar,algoritma, atau penggunaan rumus-rumus tertentu dapat dilakukan melalui pengerjaan soal-soal yang diberikan.
Dalam teori Belajar Skinner (dalam Ruseffendi, 1998,h.171),untuk menguatkan pemahaman siswa tentang apa yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus dilanjutkan dengan memberikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal. Dengan demikian teori belajar yang dominan digunakan dalam implementasi kurikulum matematika 1968 adalah “Teori Belajar Skinner”.
2.Kurikulum Matematika 1975
Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di Indonesia. Di awali dengan diterapkannya matematika modern.Menurut Ruseffendi (1979,h.12-14), matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri, bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran yang bersifat rutin
c. Soal-soal yang duberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin.
d. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan
e. Terdapat penekanan pada struktur
f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada siswa
i. Sebagai akibat dari pengajan yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
Berdasarkan ciri-ciri pengajaran matematika modern di atas,maka teori belajar yang digunakan bersifat campuran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1988,h.178) yang menyatakan bahwa teori belajar mengajar yang digunakan pada saat itu adalah campuran antara teori pengaitan dari Thorndike, aliran psikologi perkembangan seperti “Teori Piaget” serta aliran tingkah laku “Skinner dan Gagne”. Namun demikian, Ruseffendi selanjutnya menambahkan bahwa teori yang lebih dominan digunakan adalah aliran psikologi perkembangan seperti “Piaget dan Brunner” sebab yang menjadi peran sentral pengajaran matematika adalah pemecahan masalah.
3. Kurikulum Matematika 1984
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
1) Guru supaya meningkatkan profesinalisme
2) Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan computer
3) Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
4) Pengevaluasian hasil pembelajaran
5) Prinsip CBSA di pelihara terus
4.Kurikulum Matematika 1994
Pada tahun 1994 terjadi perubahan kurikulum matematika di tingkst SD, SLTP dan SMU.Pada bidang matematik, terdapat beberapa perubahan baik dari sisi materi maupun pengajarannya. Yang menjadi bahan kajian inti untuk matematika SD adalah: aritmetika (berhitung),pengantar aljabar, geometri, pengukuran,dan kajian data (pengantar statistika).Pada kurikulum matematika SD ini terdapat penekanan khusus pada penguasaan bilangan (number sense) termasuk di dalamnya berhitung. Untuk SLTP, bahan kajian intinya mencakup: aritmetika, aljabar, geometri, peluang dan statistika. Dalam kurikulum ini terdapat upaya untuk menanamkan pemikiran deduktif yang ketat melalui struktur deduktif terbatas pada sebagian bahan geometri.Materi matematika untuk SMU terdapat sedikit perubahan yakni dimasukannya pengenalan teori graf yang merupakan bagian dari matematika diskrit.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki kurikulum matematika sekolah tahun 1994, perubahan yang sangat mendasar terjadi di sekolah dasar. Perubahan tersebut adalah adaanya penekanan khusus yang diberika pada penguasaan bilangan, termasuk di dalammya berhitung. Implikasi dari perubahan ini,adalah digunakannya kembali dominan teori belajar dari “Skinner.”Sementara itu, pengajaran matematika untuk tingkat SLTP dan SMU nampaknya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya. Dengan demikian untuk tingkat SLTP dan SMU teori belajar yang digunakan dalam proses belajar-mengajar masih bersifat campuran dengan dominasi ada pada penerapan aliran psikologi perkembangan.
Sebagai langkah penyempurnaan pada kurikulum 1994, terjadi sejumlah reduksi serta restrukrisasi materi bahan ajar sehingga muncul Kurikulum 1994. Sebagai contoh, beberapa bagian dari pokok bahasan himpunan di SLTP dihilangkan, dan pengantar teori graf di SMU juga dihilangkan. Selain itu, terdapat juga perubahan-perubahan kecil dan penyusunan kembali urutan penyajian untuk pokok-pokok bahasan tertentu. Selain dari hal tersebut, sebagian besar materi Kurikulum 1999 hampir sama dengan Kurikulum 1994. Dengan demikian, teori belajar yang digunakan pada Kurikulum 1999 ini masih sama dengan yang digunakan pada implementasi kurikulum sebelumnya.
5. Kurikulum tahun 2004
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
2) Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan
Sumber:
http://supriadi170779.wordpress.com/2009/04/09/pemecahan-masalah-matematika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar